 |
Pengamat LIPI |
JanganCabul - Kualitas pemilu presiden (pilpres) menentukan bagaimana kewibawaan dan
kualitas pemerintahan yang berkuasa. Kalau prosesnya penuh dengan
kepura-puraan maka hasilnya juga pemerintahan yang penuh dengan
kepura-puraan.
Hal tersebut dikatakan peneliti politik utama Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), Profesor Siti Zuhro, Senin (21/9), menjawab pertanyaan
wartawan tentang bertambahnya jumlah masyarakat miskin sebagaimana yang
dirilis Badan Pusat Statistik (BPS).
"Pilpres itu tak berhenti di pemilihannya saja. Kualitas proses dan
tahapan pilpres menentukan apakah pemerintahan yang terbentuk bisa
menjalankan praktek good governance atau tidak. Kalau tahapannya memang
melalui lipservice maka hasilnya seperti yang kita saksikan sekarang,"
kata Siti.
Menurut Wiwik, sapaan Siti, BPS tidak bermain dengan kata-kata karena
mereka berbicara berdasarkan data. "Silakan, dinarasikan sendiri
bagaimana memaknai data BPS itu. Yang jelas itu data empiris yang tidak
bisa dibantah bahwa ada kemunduran yang dialami rakyat Indonesia sejak
pemerintahan ini terbentuk," ungkapnya.
Melalui data itu juga ujarnya, terlihat bahwa indeks kesengsaraan
masyarakat meningkat. Pemerintahan saat ini yang terpilih lewat pilpres
2014 yang seharusnya mengoreksi pemerintahan yang lama, justru membuat
rakyat Indonesia set back atau mengalami kemunduran.
"Pemerintahan yang baru harusnya memperbaiki pemerintahan lama, bukan
malah mundur. Sekarang, kondisi ekonomi semakin buruk mulai dari
melemahnya nilai tukar rupiah, harga-harga yang melambung tinggi,
perusahaan yang melakukan PHK yang membuat jumlah pengangguran dan orang
miskin bertambah," pungkas Wiwik. (fas)
Sumber : jpnn